Mengenal kelompok informal dan konflik internal dalam sebuah organisasi di hotel

Latar belakang masalah :


Organisasi merupakan sebuah kesatuan sosial dari sekelompok individu yang saling berinteraksi, sehingga setiap anggota memiliki tugas dan fungsinya masing masing. Sebagai satu kesatuan, organisasi mempunyai batasan batasan yang jelas sehingga organisasi dapat dipisahkan dari lingkungan di luar organisasi tersebut.

Secara sosial adalah sistem hubungan antar orang dan antar kelompok berdasarkan jenis kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban bersama dalam masyarakat.

Ketika kita sudah masuk kepada bagian dan atau kelompok kerja di sebuah perusahaan pelayanan jasa dalam hal ini industri hotel, biasanya kita dihadapi dengan kerja rutinitas yang sudah baku dalam pekerjaan sehari hari dari mulai memproduksi, melayani hingga kita dihadapi sebuah target untuk mencapai hasil akhir yang kita ketahui berupa revenue atau pendapatan hotel. 

Semua pekerjaan yang kita kerjakan biasanya bermuara dari struktur organisasi yang harus ada dalam sebuah  tugas kerja praktek (upa / unit practice assignment), kemudian pecahan nya menjadi job description dan standar operating procedure, sehingga siapapun orang yang bekerja di unit tersebut sudah mangetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab pekerjaannya, bahkan kenyataan bekerja di sebuah instansi hotel terkadang harus rela bekerja lebih dari 8 jam sehari, karena kecintaan akan pekerjaan dan memahami betul organisasi serta strukturmya di industri hotel.

Terkadang kita dihadapi dengan kelompok kerja yang pro dan kontra akan kebijakan pimpinan melalui visi misi perusahaan dan secara tidak disengajapun kita sudah masuk pada kelompok yang sudah membagi kepada kelompok  pro dan kelompok  kontra,  kita pun sudah dibenturkan dengan masalah serta posisi kondisional pada putusan like and dislike / suka tidak suka.

Apabila sudah dihadapi dengan situasi bekerja seperti ini, masing masing pekerja sudah mulai bekerja penuh dengan prasangka baik dan atau buruk (extreme prejudice). Sehingga masing masing pekerja di industri hotel memiliki perasaan tidak aman serta nyaman dalam bekerja pada unit kerja masing masing.Disinilah penulis ingin mengulas sedikit mengenai kelompok informal serta konflik internal yang tidak jarang dihadapi para pekerja di saat dan moment tertentu di dalam menyelesaikan pekerjaan nya sesuai dengan job description nya serta standard operating procedure di dalam sebuah unit pekerjaan masing masing. Jika sudah demikian adanya, pekerja dihadapi dengan satu motto “take it or leave it for granted”.


Berdasar latar belakang masalah yang telah penulis bahas diatas, tema yang diangkat adalah “mengenal  kelompok informal dan konflik internal dalam sebuah organisasi di hotel”, dari tema tersebut penulis ingin menjelaskan beberapa hal yaitu :

a) Apa yang dimaksud dengan kelompok informal dalam sebuah kegiatan pekerjaan di
    industri hotel ?
b) Apa penyebab konflik internal ?
c) Bagaimana solusi pemecahan masalahnya?

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang dan rumusan masalah , maka tujuan penulisan artikel ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa itu kelompok informal
2. Untuk mengetahui apa itu konflik internal

Kerangka konsep :

A. Pengertian kelompok informal 


Adalah kelompok yang terbentuk secara tidak resmi . Pengertian lain menyebutkan bahwa kelompok informal merupakan bentuk kesatuan hidup manusia yang tidak diatur dengan peraturan yang jelas serta struktur atau organisasi tertentu.

Kelompok informal adalah kelompok orang yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok informal berasal dari kata dasar kelompok. Kelompok informal memiliki arti dalam bidang ilmu sosiologi. (https:kbbi.web.id) arti dari kamus besar bahasa indonesia

B. Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis 


konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya (https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik) Konflik sebagi noun/kata benda percekcokan , perselisihan , pertentangan dalam diri satu tokoh , pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya. Batin ,  konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Secara kebudayaan / anthropologi persaingan antara dua masyarakat yang mempunyai kebudayaan hampir sama. Secara sosial , pertentangan antar anggota 

C. Organisasi menurut kbbi (kamus besar bahasa indonesia)


Kata benda, organisasi adalah  kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu , kelompok kerja sama antara orang orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Secara massa adalah perkumpulan yang anggotanya orang orang yang mempunyai profesi yang sama. Secara sosial adalah sistem hubungan antar orang dan antar kelompok berdasarkan jenis kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban bersama dalam masyarakat 
  
Dalam sebuah organisasi hotel, tentu ada suatu kelompok  individual pekerja yang digolongkan kedalam kelompok informal. Kelompok ini merupakan sekumpulan pekerja  yang memiliki kesamaan pandangan, visi, ide, atau bahkan hobi dan kesukaan yang sama, atau juga merasa senasib dalam organisasi, dan karenanya mengikatkan diri tanpa formalitas, bebas dan akrab. Segala sesuatu yang menimpa salah satu anggota akan menjadi beban bersama dan bisa juga menjadi mimpi buruk bersama Jika kelompok ini kuat dan kompak, mereka berpeluang untuk bergabung dengan kelompok kelompok informal lainnya. Pada akhirnya, mereka akan memiliki kekuatan sebagai kelompok penekan, atau pressure group yang mapu memberikan rekomendasi, reaksi atau sikap resisten terhadap berbagai kebijakan manajemen atau supervisor.

Contohnya para pekerja kapal pesiar dari indonesia akan dipersatukan oleh rasa kebangsaan yang tebal. Persatuan ini didukung oleh satu perasaan satu bangsa yaitu indonesia. Akibatnya perlakuan bangsa lain yang arogan atau kasar akan dilawan bersama. Di kapal mereka kompak dan disegani oelh bangsa lain dan dapat digolongkan kedalam kelompok informal diatas kapal itu. Kemudian ada lagi ethnis tertentu di hotel yang sangat kuat persaudaraan dan kekompakkan sehingga sangat sulit rasanya kelompok lain bisa masuk kedalam kelompok yang sudah sangat solid karena merasa satu ethnis dan ras. Dan inipun tergolong kelompok informal di hotel tersebut.

Tempat bekerja yang diisi pekerja dari lintas bangsa,ras, memiliki peluang untuk menjadi tempat yang rawan konflik internal. Oleh karena itu dalam sebuah hotel dengan kondisi tertentu, para supervisor harus mampu meredam gejolak dan memfasilitasi dialog dialog konstruktif dengan kelompok yang tak ada dalam struktur formal ini. Langkah langkah yang ditempuh supervisor umumnya sebagai berikut :

1) Menyatakan sikap akrab tanpa pretensi terhadap kelompok informal terutama tokoh
        tokohnya.
2) Berusaha memahami jalan pikiran dan visi mereka tentang pekerjaan dan lingkungan
        dalam dialog dialog konstruktif
3) Menampung masukkan dari berbagai keluhan yang mungkin ada, untuk suatu saat
        direkomendasi kan pada pimpinan dan atau chief nya
4) Menciptakan kedekatan visi mereka dengan visi misi perusahaan dan merangkul
        mereka dalam upaya mendukung strategi bisnis perusahaan


Jika hal hal ini dapat dilakukan maka segala macam konflik individual, antar kelompok, atau kelompok dengan organ manajemen, dapat dihindarkan sejak dini. Penyebab konflik internal ini ada beberapa, diantaranya adalah :

1. Pengistimewaan terhadap salah satu individu , kelompok, atau seksi sehingga
        memunculkan kecemburuan
2. Antipati terhadap tokoh supervisor atau koki senior cook or chef de partie
3. Apriori terhadap kebijaksanaan chef dan manajemen 
4. Perbedaan perbedaan dalam upah dan jaminan tanpa dasar rasio yang jelas 
5. Bermacam ketidak adilan dan ketidak pastian tentang nasib pekerja
6. Ada suatu kelompok yang merasa diinginkan oleh suatu kebijakan


Supervisory turbulence adalah suatu tempat kerja yang dapat mengalami krisis kebijakan atau sering dinamai supervisory turbulence  , dimana banyak gejolak terjadi dan mencekam para supervisor karena buyarnya semua kebijakan yang berlaku. Krisis ini dapat berkepanjamgam jika tidak segera diambil tindakan tindakan taktis dan dapat menjadi konflik konflik terbuka yang merusak mekanisme kerja dan proses proses produksi.kualitas produk adalah hal yang pertama akan terancam karena individu yang terlibat krisis akan melampiaskan kekesalan pada produknya sendiri dan akibatnya dapat sampai pada kepuasan pelanggan nya.

Dalam menghadapi keadaan semacam ini yang harus dilakukan adalah :

1) Identifikasi masalah secara cepat , termasuk pemecahan nya agar tidak berlarut larut.
2) Memprioritaskan hak langganan sebagai hal palimg pokok dan menjaga produk agar
        tidak terpengaruh
3) Mengkoordinasikan semua supervisor dalam suatu rapat darurat dan jika mungkin , 
        memberi bagian kelompok informal untuk turut memecahkan masalah secara baik
        dan jernih
4) Selanjutnya berusaha menjaga stabilitas lingkungan dalam waktu yang lama dengan
        cara menyatakan semua komponen organisasi


Resep pemecahan masalah memang diperlukan dan manajemen konflik yang diterapkan secara alami berdasar budaya setempat, akan lebih efektif dalam mengatasi masalah masalah internal yang sewaktu waktu dapat muncul.

Kesimpulan :


Kelompok informal merupakan bentuk kesatuan hidup manusia yang tidak diatur dengan peraturan yang jelas serta struktur atau organisasi tertentu. Kelompok informal juga bersifat sewaktu waktu dan tidak pasti serta menetap, namun memiliki rasa empati dan kebersamaan yang kuat karena memiliki kesamaan visi misi kelompok yang tidak diatur dalam anggaran dasar serta anggaran rumah tangga sebuah organisasi tertentu di hotel. 

Penyebab konflik internal adalah pengistimewaan terhadap salah satu individu, kelompok, atau seksi sehingga memunculkan kecemburuan, antipati terhadap tokoh supervisor atau koki senior cook or chef de partie, apriori terhadap kebijaksanaan chef dan manajemen, perbedaan perbedaan dalam upah dan jaminan tanpa dasar rasio yang jelas, bermacam ketidak adilan dan ketidak pastian tentang nasib pekerja, ada suatu kelompok yang merasa diinginkan oleh suatu kebijakan.

Ini semua terjadi akibat adanya kelompok informal yang tidak peka terhadap putusan kebijakan internal dan selalu melihat dari sisi yang merugikan perusahaan, sering terjadi miskomunikasi dan stagnasi informasi sehingga kelompok informal ini jika tidak diputus akan berkembang menjadi konflik internal berskala besar di perusahaan dalam hal ini hotel.

Solusi pemecahan masalah yaitu pendekatan budaya kerja, budaya intra pekerja, budaya saling memaafkan serta keterbukaan antar kelompok, bangun suasana kerja demokratis namun tetap sesuai peraturan perundang undangan pekerja yang telah disepakati melalui organisasi pekerja yang disebut serikat pekerja hotel. Berikan komunikasi dan informasi yang jelas tegas dan berimbang sehingga tidak ada lagi keraguan antara pekerja dan pemilik hotel.

Referensi bacaan :
PH Bartono Pengantar pengelolaan makanan PT.Perca Jakarta 2001
PH, bartono , Analisis Food Product, penerbit ANDI , yogyakarta, 2005
PH, Bartono dan Rufino E.M, Food product management di hotel dan restoran CV andi offset, 2005 

  

Komentar

  1. Setiap organisasi selalu ada konflik,
    asalkan bisa dikelola dg baik, tdk semua konflik itu merugikan, bahkan bisa menjadi titik awal sebuah perubahan yang lbh baik

    BalasHapus
  2. Danke weijl mom anna , i do agree mom.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer